INformasinasional.com, Jakarta – Anda sedang membaca Dunia Hari Ini, laporan harian ABC Indonesia yang menghadirkan rangkuman informasi pilihan dari berbagai negara.
Berita dari Gaza menjadi pembuka edisi Senin, 30 Juni 2025.
Donald Trump serukan kesepakatan pertukaran tawanan
Militer Israel mengeluarkan pemberitahuan evakuasi baru di beberapa wilayah di Gaza seiring dengan operasi baru terhadap Hamas pada hari Minggu kemarin (29/6/2025).
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyerukan Israel dan Hamas untuk “membuat kesepakatan” di Gaza terkait para sandera yang diculik oleh Hamas setelah serangan teroris 7 Oktober 2023.
[irp posts=”41939″ ]
PM Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengatakan gencatan senjata antara Israel dan Iran menciptakan “peluang” untuk pembebasan para sandera di Gaza.
Qatar dan Mesir, yang didukung oleh AS, berupaya memanfaatkan gencatan senjata Israel dan Iran untuk mengamankan kesepakatan serupa di Gaza.
China indoktrinasi anak-anak Tibet
Laporan terbaru mengungkap anak-anak Tibet yang berusia empat tahun dikirim ke sekolah asrama milik pemerintah China untuk indoktrinasi, dipukuli karena berdoa dan mengenakan tali berkat Buddha, dipaksa tidur di atas kulit domba, dan hanya belajar dalam bahasa Mandarin.
Rincian kekerasan dan indoktrinasi paksa dapat dibaca dalam laporan Tibet Action Institute (TAI) dengan judul When They Came To Take Our Children.
Dua orang warga Tibet yang diwawancarai mengatakan kepada TAI bahwa anak-anak ditegur karena menjalankan agama mereka.
“Jika para siswa ditemukan melantunkan doa dan mengenakan tali berkat, mereka akan dipukuli oleh guru.”
Direktur Asosiasi Human Rights Watch China Maya
Wang mengatakan mereka juga mengumpulkan bukti penerapan pengajaran bahasa Mandarin oleh PKT kepada anak-anak sekolah Tibet.
Polisi Serbia bentrok dengan pengunjuk rasa anti pemerintah
Polisi Serbia bentrok dengan pengunjuk rasa anti pemerintah yang menuntut pemilihan umum cepat dan diakhirinya kekuasaan Presiden Aleksandar Vui selama 12 tahun.
Polisi Serbia kemudian mengerahkan pasukan anti huru-hara untuk mengamankan kerumunan pendukung Presiden Aleksandar Vui yang berkumpul dalam sebuah protes balasan.
“Mereka ingin menggulingkan Serbia, dan mereka gagal,” tulis Vui di halaman Instagram-nya.
Sebaliknya, para mahasiswa menuduh pemerintah meningkatkan ketegangan.
“Mereka … memilih kekerasan dan penindasan terhadap rakyat. Setiap radikalisasi situasi adalah tanggung jawab mereka,” tulis para mahasiswa di jejaring sosial X.
Pawai LGBTQIA+ Budapest berubah jadi protes
Dalam sebuah unjuk rasa besar-besaran untuk menentang Perdana Menteri Viktor Orban, warga memenuhi jalan-jalan di Budapest, membentangkan bendera pelangi, beberapa di antaranya membawa poster yang mengejek Orban.
Eszter Rein Bodi, salah satu demonstran, mengatakan: “Ini lebih dari itu. Bukan hanya tentang homoseksualitas … Ini adalah kesempatan terakhir untuk memperjuangkan hak-hak kami.”
Pemerintah Perdana Menteri Viktor Orban secara bertahap membatasi hak-hak komunitas LGBTQIA+.
Kelompok kecil demonstran sayap kanan berusaha mengganggu pawai damai tersebut, tetapi polisi memisahkan mereka dan mengalihkan rute pawai untuk menghindari bentrokan.(dtc)