INformasinasional.com, LANGKAT – Aroma Solar seharusnya menyengat, tapi yang keluar dari tangki truk dipintu tol Babalan justru tak lebih dari bau air keruh. Begitulah kisah ganjil yang kini viral dijagat maya, solar bersubsidi yang diisikan di SPBU Pangkalan Berandan, Langkat, diduga bercampur air. Video keluhan seorang sopir truk asal Banda Aceh itu mengguncang dunia maya, menyingkap dugaan praktik kotor dibalik bisnis BBM bersubsidi didaerah.
Dalam tayangan akun TikTok @warkoptj86, sang sopir dengan wajah lelah menatap kamera. “Lihat ini, tangki saya baru isi Solar di SPBU Berandan. Tapi isinya air,” katanya, seraya membuka baut tangki. Air mengucur deras, jernih tapi mematikan mesin. Truk yang semestinya melaju ke utara mendadak mogok dipintu tol, tak bisa bergerak sejengkal pun, Kamis (16/10/2025).
“Padahal tadi masih ada sisa Solar,” katanya. Ia tak sadar, bahan bakar yang baru diisinya justru menjadi racun bagi mesin ribuan kilometer kerja keras.
Warganet pun berang. “Aparat harus turun tangan! Jangan cuma rajin razia plat BL aja!” tulis salah satu komentar yang meledak dikolom video.
Kabar itu cepat merambat keaparat. Kanit Ekonomi Polres Langkat mengaku telah memerintahkan Polsek Pangkalan Berandan memeriksa SPBU bernomor 14.208.168 itu. “Iya Bang, sudah kita minta cek kelapangan. Sekarang kami tunggu hasilnya,” katanya singkat.
Namun, nada buru-buru dan jawaban singkat itu seakan menandakan betapa sering kasus seperti ini berlalu begitu saja—ramai di dunia maya, sepi di ruang penyidikan.
Sementara itu, Kapolres Langkat AKBP David Triyo Prasojo, saat dihubungi wartawan, Kamis (16/10/2025) hanya membalas pesan dengan ucapan terima kasih. Sebuah jawaban datar untuk persoalan yang membuat mesin-mesin rakyat macet dijalan.
Pemilik SPBU, Adi, tak menampik kabar tersebut. Ia bahkan menegaskan bahwa kini SPBU itu sudah diambil alih Pertamina.
“Oh kalau itu langsung datang aja, Bang, ke SPBU. Sekarang sudah ditangani Pertamina,” jawabnya santai lewat pesan WhatsApp.
Namun, jawaban itu justru menimbulkan tanda tanya lebih besar. Jika sudah diambil alih Pertamina sejak enam bulan lalu, bagaimana mungkin solar bersubsidi bisa terkontaminasi air? Apakah air itu mengalir dari kelalaian teknis, atau ada tangan-tangan gelap yang bermain dibalik tangki?
Kasus “solar rasa air” bukanlah yang pertama. Dibanyak daerah, modus pencampuran BBM dengan air atau cairan lain kerap muncul kala pengawasan lemah. Seliter solar bersubsidi yang diselewengkan bisa menggandakan keuntungan, sementara yang dirugikan adalah rakyat kecil, para sopir, nelayan, dan petani.
“Kalau BBM rusak, mesin rusak. Kalau mesin rusak, kerja kami juga mati,” kata seorang sopir lain yang enggan disebut namanya. Ia mengaku sudah lama curiga dengan kualitas solar dibeberapa SPBU di Langkat.
Truk mogok dipintu tol itu kini menjadi simbol, simbol kekecewaan atas lemahnya pengawasan, dan lambannya tanggapan terhadap persoalan yang mencubit perut rakyat kecil.
“Ini bukan cuma soal air disolar,” ujar seorang warga dikolom komentar. “Ini soal air yang sudah merembes kedalam integritas.”
Kini, semua mata menatap ke Polres Langkat dan Pertamina. Masyarakat menunggu: apakah air dalam solar itu akan benar-benar diselidiki, atau justru menguap begitu saja seperti solar ditengah panasnya jalanan Sumatera.(Misno)
Discussion about this post