INformasinasional.com – LANGKAT.
Langit Langkat semakin kelabu, bukan karena mendung cuaca, melainkan karena mendung moral yang terus menyelimuti kabupaten yang kaya sejarah ini. Masyarakat Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, kini bukan hanya merasa kecewa, tetapi juga lelah dan malu dengan ulah para pemimpin dan pejabat yang tak kunjung jera melakukan korupsi.
Korupsi seolah telah mengakar dalam sistem birokrasi di Langkat. Bumi yang dahulu menjadi simbol kemakmuran dan kebudayaan Melayu kini ternoda oleh ulah mereka yang seharusnya menjadi panutan. Mirisnya, bukan hanya satu atau dua pejabat yang tersandung kasus korupsi. Tiga orang mantan bupati telah diproses hukum akibat perbuatan serupa, yakni almarhum Zulkifli Harahap, Syamsul Arifin, dan Terbit Rencana Perangin Angin. Tak hanya itu, puluhan kepala dinas dan pejabat eselon di lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat juga telah ikut dijerat hukum atas berbagai kasus korupsi.
Langkat yang dulunya dikenal sebagai bumi bertuah dan pusat peradaban Kesultanan Melayu, kini seakan kehilangan martabatnya. Kekayaan alam dan sejarah panjang daerah ini seharusnya menjadi kekuatan untuk membangun masa depan rakyat, namun justru dijadikan ladang empuk oleh para pejabat yang tamak dan bermoral bobrok.
Walau berbagai slogan dan kampanye antikorupsi terpampang di dinding-dinding kantor pemerintahan, kenyataannya, praktik kotor itu masih saja berlangsung. Slogan hanyalah pajangan tanpa makna, sementara keadilan terus diabaikan. Baru-baru ini, publik kembali digegerkan dengan kabar dugaan adanya pungutan liar dan kewajiban “stor” kepada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Langkat. Disebut-sebut, setiap desa diwajibkan menyetor Rp 1 juta saat pencairan Dana Desa. Kabar ini mulai ramai dibicarakan dan menambah deretan panjang catatan kelam korupsi di Langkat.
Menanggapi kondisi tersebut, Tengku Kendy Hamzah – Zuriat Sewali dari Tengku Amir Hamzah, seorang pahlawan nasional sekaligus Wakil Langkat pertama pada masa transisi kemerdekaan — menyuarakan kekecewaannya yang mendalam. Dalam wawancara dengan INformasinasional.com, Jumat (25/4/2025), ia menyampaikan kemarahan dan keprihatinan atas apa yang terjadi di tanah kelahirannya.
“Sudah cukup dan akhirilah perbuatan korupsi ini. Sebagai pewaris Zuriat Kesultanan di Langkat, kami merasa leluhur kami dihinakan di mata publik. Kembalikan Langkat sebagai bumi bertuah yang mampu mensejahterakan rakyatnya tanpa korupsi,” tegas Tengku Kendy Hamzah.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa Langkat adalah tanah bersejarah yang memiliki akar kemakmuran yang kuat. Pemimpin pertama Langkat dalam Republik Indonesia adalah Tengku Amir Hamzah, tokoh nasional yang turut mengusir penjajah dari tanah air. Warisan perjuangan itu, menurut Tengku Kendy, tidak pantas dikotori oleh para pemimpin sekarang yang justru mempermalukan daerah dengan praktik korupsi.
“Kalian seharusnya berterima kasih kepada Kesultanan Langkat yang telah memberi kalian ruang untuk mencari nafkah di tanah ini. Tapi mengapa tega mencemari nama baik Langkat dengan adegan korupsi? Jangan bangkitkan amarah rakyat,” ujarnya dengan nada tegas.
Tengku Kendy pun mengajak seluruh masyarakat dan tokoh-tokoh adat untuk bangkit dan menolak praktik kotor ini. Ia menyerukan agar rakyat Langkat tidak lagi diam, namun mulai bersuara dan bertindak untuk membersihkan daerah ini dari oknum-oknum yang menyalahgunakan kekuasaan.
Langkat yang dahulu harum namanya di mata nusantara, kini berada di titik genting. Jika korupsi terus dibiarkan, maka bukan hanya masa kini yang akan rusak, tetapi juga masa depan generasi Langkat yang akan datang. Sudah saatnya semua pihak bersatu untuk menyelamatkan bumi bertuah ini. Karena jika bukan sekarang, kapan lagi, kata Tengku Kendy Hamzah lagi.(Misnoadi)