INformasinasional.com, Nias Utara —
Isu itu terlanjur liar. Nama Suardin Nazara, anggota DPRD Nias Utara dari Partai Amanat Nasional (PAN), mendadak terseret dalam aksi penutupan pintu kantor dan penanaman pohon pisang dihalaman SMAN 1 Lahewa Timur. Aksi simbolik yang menghebohkan itu terjadi dua hari berturut-turut, Senin–Selasa, 15–16 Desember 2025. Tapi Suardin menepis tudingan tersebut mentah-mentah.
“Tidak benar. Itu fitnah,” kata Suardin tegas, Rabu, 17 Desember 2025, di Lantai I Kantor DPRD Nias Utara, Lotu. Ia menyebut tuduhan yang beredar luas di Facebook sebagai kabar sesat yang sengaja diarahkan untuk mencemarkan nama baiknya.
Menurut Suardin, narasi dimedia sosial yang menuding dirinya sebagai pihak yang menyuruh pelaku menutup pintu kantor sekolah dan menanam pohon pisang sama sekali tak berdasar. “Kejadian itu pun saya tidak ketahui,” ujarnya. Namun isu tersebut telanjur berbuntut panjang. Telepon dan pesan dari kolega berdatangan, mempertanyakan keterlibatannya.
Sebagai pengurus Komite Sekolah, Suardin mengaku baru mengetahui duduk perkara setelah ramai diperbincangkan. Informasi yang ia terima menyebutkan, pemicu gejolak di SMAN 1 Lahewa Timur diduga berkaitan dengan honor petugas jaga malam yang belum dibayarkan. “Itu yang saya dengar,” katanya.
Suardin mendesak kepala sekolah dan pihak terkait segera duduk satu meja. Baginya, polemik ini tak boleh berlarut. “Yang paling penting, jangan sampai kegiatan belajar-mengajar terganggu,” katanya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Lahewa Timur, Eliyusuf Zega, membenarkan peristiwa penutupan pintu kantor dan penanaman pohon pisang tersebut. Aksi itu terjadi pada Senin. Namun, hingga kini pelakunya belum dipastikan. “Kami sudah dapat informasi awal, tapi masih perlu memastikan,” kata Eliyusuf.
Ia mengungkapkan, kamera pengawas (CCTV) disekolah dalam kondisi mati saat kejadian. Eliyusuf menduga aliran listrik sengaja diputus sebelum aksi dilakukan. “Meteran kemungkinan dimatikan lebih dulu,” katanya.
Pada Rabu pagi sekitar pukul 09.00 WIB, pintu kantor sekolah telah dibuka kembali dan pohon pisang dicabut. Proses itu dilakukan bersama Kapolsek Lahewa beserta personel, perwakilan Kantor Camat Lahewa Timur, pihak sekolah, serta disaksikan para guru.
Eliyusuf menambahkan, persoalan ini sudah dilaporkan dan dikoordinasikan dengan UPT Dinas Pendidikan. Ia dijadwalkan memenuhi panggilan atasan keesokan harinya. “Kami juga akan menjadwalkan pertemuan dengan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini,” katanya.
Aksi simbolik itu boleh jadi sudah berakhir. Namun riaknya masih terasa, menyisakan pertanyaan tentang siapa dalang sebenarnya, dan mengapa konflik internal sekolah bisa menjelma menjadi tontonan publik.
(Laporan: Sokhinaaro Telaumbanua)






Discussion about this post