INformasinasional.com, MEDAN — Bupati Langkat H. Syah Afandin, SH tak ingin pembangunan di kabupatennya terhambat hanya karena alasan klasik: keterbatasan anggaran. Ditengah kebijakan efisiensi belanja pemerintah, ia menegaskan bahwa dana Corporate Social Responsibility (CSR) bukan sekadar formalitas, tapi napas baru bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat Langkat.
Pesan tegas itu disampaikannya dalam Forum Silaturahmi Pimpinan Perusahaan se-Kabupaten Langkat sekaligus Musyawarah Besar (Mubes) Forum CSR Kabupaten Langkat 2025–2027 di Hotel Le Polonia Medan, Rabu (5/11/2024). Lebih dari 60 pimpinan perusahaan hadir, menandai forum yang kian strategis ditengah menipisnya kemampuan fiskal daerah.
“CSR bukan hanya infrastruktur. Ini soal kepedulian sosial, soal tanggung jawab moral terhadap masyarakat yang masih hidup dalam keterbatasan,” ujar Syah Afandin.
Bupati yang akrab disapa Ondim itu tak menutup mata terhadap fakta pahit: lebih dari 11.000 warga Langkat hidup dalam kondisi ekonomi ekstrem. Dihadapan para pengusaha, ia menyerukan aksi nyata, bukan janji manis.
“Mari kita bergerak bersama. Jangan tunggu dana pusat turun. Kita bisa membangun dari Langkat untuk Langkat,” katanya, disambut tepuk tangan peserta forum.
Dalam forum yang juga dihadiri Ketua DPRD Langkat Sribana Br. Perangin-angin, Sekda Kabupaten Langkat, dan sejumlah pejabat Bappeda Litbang itu, Syah Afandin menekankan bahwa sinergi dunia usaha adalah kunci. DPRD pun seirama: Sribana mengingatkan agar program CSR tidak berhenti diplakat dan seremoni, tetapi benar-benar menjawab kebutuhan rakyat.
“Gotong royong membangun infrastruktur dan kesejahteraan itu bukan pilihan, tapi keharusan,” tegasnya.
Mubes itu juga melahirkan nahkoda baru: Pujianto SE terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Forum CSR Kabupaten Langkat periode 2025–2027, menggantikan ketua lama yang telah purna tugas.
Dua hari forum berlangsung, tapi dampaknya mulai terasa: lebih dari 25 unit rumah layak huni berhasil dikumpulkan dari komitmen CSR berbagai perusahaan. Sebuah langkah kecil, tapi nyata, tanda bahwa kolaborasi pemerintah dan dunia usaha masih berdenyut di Langkat.
Afandin menutup pertemuan dengan nada reflektif. “Kita tidak bisa hanya menunggu. Ditengah keterbatasan anggaran, CSR adalah energi baru pembangunan Langkat. Mari kita buktikan, kepedulian itu bisa lebih kuat dari anggaran.”(Misno)





Discussion about this post