INformasinasional.com*
JUMAT siang (12/9/2025) di Stabat, sebuah peristiwa sederhana tapi sarat makna berlangsung dihalaman Sekolah YPP Prof Dr H Mohd Hatta. Langit mendung, tapi sorak harapan menggema. Ratusan pasang mata menyaksikan peresmian Balai Ternak Sri Langkat Berkah Mulia, sebuah ikhtiar pemberdayaan yang digadang bakal menjadi mesin penggerak ekonomi masyarakat Langkat.
Dihadapan Ketua Baznas RI Prof DR KH Noor Achmad MA, Ketua Baznas Sumut Prof Dr H Mohammad Hatta, serta jajaran tokoh daerah, Bupati Langkat H Syah Afandin SH menancapkan komitmen politiknya, menghadirkan balai ternak hingga ke tingkat kecamatan.
“Saya akan instruksikan kepada Dinas Pertanian untuk mengembangkan bantuan kambing dibalai ternak Baznas ini, karena manfaatnya begitu luar biasa bagi umat,” kata Syah Afandin.

Kalimat itu bukan basa-basi. Sebanyak 176 ekor kambing bantuan Baznas RI dan Baznas Sumut resmi diserahkan ke Balai Ternak Sri Langkat Berkah Mulia. Ditanah ini, kambing-kambing itu bukan sekadar hewan ternak; ia menjelma simbol kebangkitan, modal hidup yang kelak bisa mengubah garis nasib keluarga-keluarga miskin.
Dari Mustahik ke Muzaki
Balai ternak ini unik, satu-satunya di Sumatera Utara dan dikelola oleh sekolah swasta berbasis peternakan. Modelnya berbeda dari pola bantuan konvensional, bukan hanya memberi, tapi membekali. Para mustahik tidak dibiarkan bergantung pada belas kasihan, mereka justru dipersenjatai keterampilan beternak modern. Harapannya, roda nasib berputar, dari penerima zakat, mereka naik kelas menjadi muzaki, dan pembayar zakat.
“Balai ternak ini bukan sekadar program bantuan, melainkan jalan menuju kemandirian. Dengan begitu, mereka memiliki penghasilan stabil, bahkan bisa berkembang lebih jauh,” kata Ketua Baznas RI, Noor Achmad.
Sementara itu, Ketua Baznas Sumut, Prof H Mohammad Hatta, tak bisa menyembunyikan getar bangga. “Kami berharap balai ternak ini menjadi titik awal kebangkitan ekonomi masyarakat. Baznas akan terus hadir dalam program yang membangun, khususnya di Langkat,” katanya.
Sejak awal kepemimpinannya, Syah Afandin kerap berbicara tentang perlunya ekonomi kerakyatan. Namun, kritik selalu datang: program apa yang benar-benar menyentuh rakyat? Balai Ternak Sri Langkat Berkah Mulia hadir sebagai jawaban. Ia bukan proyek mercusuar, bukan pula simbol pembangunan yang mengawang-awang. Ia lahir ditanah, menyatu dengan akar rumput.
Bupati yang akrab disapa Ondim itu menyadari, anggaran daerah terbatas. Sinergi dengan Baznas adalah pilihan realistis, tapi juga strategis. “Kami sangat berterima kasih kepada Baznas yang telah bergerak bersama membangun Langkat. Kedepan, kami berharap semakin banyak program yang bisa dibuat untuk membantu kesejahteraan masyarakat,” kata Bang Ondem.
Meski begitu, pertanyaan menggantung: apakah pemerintah daerah cukup serius mengawal program ini hingga ke ujung pelosok kecamatan? Ataukah ia akan terjebak sebagai seremoni belaka, indah diawal tapi layu sebelum berkembang?

Prosesi peresmian ditutup dengan sebuah ritual sederhana, memberi makan kambing bersama. Tangan para pejabat pusat dan daerah bersatu menggenggam rumput segar. Gerakan kecil, tapi penuh pesan. Bahwa pembangunan bukan semata proyek, melainkan soal kesediaan untuk turun ke tanah, menyentuh akar persoalan, dan memberi kehidupan nyata bagi rakyat.
Ditengah turbulensi ekonomi global, inflasi pangan, dan meningkatnya angka kemiskinan, program seperti balai ternak ini terasa relevan sekaligus revolusioner. Dari Stabat, gema itu diharapkan menjalar keseluruh kecamatan di Langkat, membentuk jejaring balai ternak yang bisa menguatkan perut rakyat sekaligus martabat mereka.
Balai Ternak Sri Langkat Berkah Mulia bukan hanya deretan kandang berisi kambing. Ia adalah kebun harapan. Didalamnya terkandung doa agar masyarakat miskin bisa menegakkan kepala, agar desa-desa di Langkat punya napas ekonomi baru, dan agar zakat tak berhenti sebagai kewajiban ritual, melainkan bergerak menjadi energi perubahan.
Jika konsisten, balai ternak ini akan tumbuh menjadi mesin kecil yang menggerakkan roda ekonomi lokal. Dari seekor kambing, lahir generasi yang lebih berdaya. Dari sebuah kandang, tumbuh tekad untuk menolak pasrah pada garis kemiskinan.
Dan dari Stabat, suara itu menggema, Langkat bersiap bangkit, dengan kambing sebagai saksi.

Data Mustahik dan Distribusi Zakat di Langkat:
1. Penyaluran Dana Baznas ke Mustahik Triwulan II 2025. Bupati Langkat H Syah Afandin menyalurkan sekitar Rp 417 juta dari Baznas Kabupaten Langkat kepada mustahik dalam triwulan II tahun 2025, mencakup bidang pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.
2. Beasiswa Pendidikan untuk Mustahik. Lembaga Baznas Langkat telah menjalankan program beasiswa yang tiap tahun jumlahnya meningkat.
Tahun Jumlah Dana Jumlah Mustahik (Mahasiswa / Siswa)
2019 ~ Rp 415.000.000 147 orang
2021 ~ Rp 531.000.000 176 orang
2022 ~ Rp 602.000.000 200 orang
2023 ~ Rp 680.000.000 240 orang
Artinya tiap tahun meningkat partisipasi dan alokasi dana pendidikan untuk mustahik. Namun jumlah penerima masih relatif kecil dibanding jumlah orang miskin di Langkat.
3. Efektivitas Penyaluran Zakat
Berdasarkan penelitian selama tahun 2016-2020, BAZNAS Kabupaten Langkat memiliki rata-rata efektivitas penyaluran zakat dan infak/sedekah sebesar 72%, kategori “Effective”.
Artinya, sekitar 28% dari dana yang dihimpun belum tersalurkan atau tertahan, bisa karena administratif, prosedur survei, verifikasi, atau hambatan distribusi.
4. Hambatan Sistem Pendistribusian. Dalam studi kasus Desa Karang Rejo (Kecamatan Stabat), ditemukan ada masyarakat yang layak sebagai mustahik namun belum memperoleh bantuan Baznas meskipun pernah ajukan.
Kurangnya regulasi lokal yang kuat terkait sinergi pemerintah daerah dan Baznas turut menjadi penyebab distribusi tidak selalu optimal.
Masih terbatasnya jangkauan pendistribusian program produktif dibanding program konsumtif.

Dengan data di atas, muncul beberapa poin penting. Skala penerima bantuan masih tipis dibanding kebutuhan. Contoh: beasiswa pendidikan meningkat, tapi 240 orang di 2023 masih sangat kecil dibanding jumlah masyarakat miskin di Langkat yang mendekati ± 96.500 jiwa jika berdasarkan data kemiskinan. (Data kemiskinan 2024: ~ 9,04% dari penduduk)
Efisiensi cukup baik (72%), tetapi hampir 30% dana yang dihimpun belum bekerja ini menunjukkan ruang besar untuk memperbaiki sistem, survei, verifikasi, logistik distribusi.
Regulasi dan kerja sama antara Baznas dan pemerintah kabupaten/kecamatan/se-desa belum merata. Beberapa wilayah (desa terpencil) masih kurang terdengar suaranya dalam pendataan mustahik.
Keterbatasan pendanaan produktif: banyak bantuan berupa konsumtif atau simbolis; program yang benar-benar membangun kemandirian ekonomi (modal usaha, ternak, pelatihan) masih terbatas.
Rekomendasi Agar Balai Ternak dan Zakat di Langkat Lebih Optimal
1. Target Pemetaan Mustahik Secara Wilayah. Artinya, buat data mustahik berbasis desa/kecamatan yang akurat, siapa yang paling butuh, apa jenis bantuan yang paling tepat (ternak, pendidikan, kesehatan). Pemetaan ini harus diperbaharui secara berkala.
2. Perluasan Program Produktif dan Jejaring Balai Ternak. Artinya, Balai ternak yang diluncurkan bisa dijadikan model produktif. Tapi agar tidak terpusat di Stabat, perlu rencana pembukaan balai lebih kecil di kecamatan, dengan dukungan teknis dan modal yang realistis.
3. Peningkatan Efisiensi Distribusi Zakat. Artinya, memperbaiki prosedur survei dan verifikasi agar dana tidak tertahan administrasi; memperkuat SDM Baznas di desa/kecamatan; memanfaatkan teknologi untuk mendata dan melaporkan distribusi secara transparan.
4. Regulasi dan Penganggaran Pendukung dari Pemerintah Daerah. Dalam hal ini, pemerintah kabupaten dan kecamatan perlu mengeluarkan regulasi atau kebijakan pendukung yang mempermudah Baznas beroperasi di ltingkat lokal (desa/kecamatan). Anggaran juga harus dialokasikan untuk subsidi program produktif, pendampingan, dan infrastruktur (air, pakan, pelayanan kesehatan hewan, pasar).
5. Partisipasi Muzaki dan Transparansi
Tingkat zakat yang dikumpulkan bisa ditinggikan lewat literasi zakat, integritas pengelolaan, dan mekanisme pelaporan yang jelas. Masyarakat yang menjadi muzakki harus merasa ada jaminan bahwa donasi mereka tepat guna.(INformasinasional.com/Misno)