INformasinasional.com, TEL AVIV | YERUSALEM – Ketegangan Timur Tengah kembali memuncak. Iran melancarkan serangan balasan besar-besaran ke wilayah Israel, memicu kepanikan di sejumlah kota besar termasuk Tel Aviv dan Yerusalem. Sirene meraung, langit malam dihiasi kilatan rudal, dan ledakan menggema menandai eskalasi konflik yang kian mengkhawatirkan.
Dilaporkan oleh Al Jazeera pada Minggu (15/6/2025), rentetan ledakan terdengar menghantam Tel Aviv dan Yerusalem tak lama setelah militer Israel mengumumkan adanya serangan baru dari Iran. Kantor berita Reuters mengutip sejumlah saksi mata yang menyebut ledakan itu sebagai “yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir”.
“Tel Aviv sedang dibombardir. Beberapa ledakan besar terdengar berturut-turut,” tulis jurnalis Israel, Haggai Matar, dalam unggahan di media sosialnya.
[irp posts=”41344″ ]
Sirene serangan udara meraung di berbagai penjuru, tak hanya di Tel Aviv dan Yerusalem, tetapi juga menjalar hingga ke Haifa. Laporan menyebut langit Israel dihujani rudal yang berasal dari wilayah Iran. Dalam video yang beredar, tampak sistem pertahanan udara Israel bekerja keras mencegat rudal-rudal tersebut, menciptakan cahaya menyilaukan di langit malam kota.
Militer Israel mengonfirmasi telah mendeteksi peluncuran rudal dari Iran, dan langsung menyerukan agar seluruh warga sipil mencari perlindungan di zona aman.
“Kami mengimbau seluruh warga untuk tetap berada di tempat perlindungan hingga pemberitahuan berikutnya,” bunyi pernyataan resmi militer Israel.
Rekaman langsung dari Tel Aviv memperlihatkan situasi mencekam — suara dentuman terdengar berulang, alarm berbunyi tak henti, dan warga berhamburan menuju tempat perlindungan bawah tanah.
Sementara itu, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Iran atas insiden ini. Namun, pengamat menilai serangan ini merupakan bentuk pembalasan langsung Iran atas gempuran militer Israel sebelumnya terhadap beberapa fasilitas strategis Iran.
Dengan intensitas serangan yang terus meningkat, dunia kini menyoroti dengan cemas perkembangan terbaru ini, yang berpotensi menyeret kawasan ke konflik berskala lebih luas.(Misn’t/dtc)