INformasinasional.com, SABANG – Aroma rempah khas Aceh mengepul dari puluhan beulangong (kuali besar) yang berjejer di Pelataran GOR Merah Putih, Sabtu (26/7/2025). Kota Sabang kembali memanjakan indera warga dan wisatawan lewat Festival Kuah Beulangong, sebuah perayaan tahunan yang kini menjadi ikon kuliner budaya Aceh dalam rangka memperingati HUT ke-60 Kota Sabang.
Sebanyak 20 beulangong penuh gulai daging sapi dan kambing yang diracik dengan bumbu tradisional khas Aceh dimasak secara kolosal oleh perwakilan dari 18 gampong di seluruh wilayah Kota Sabang. Festival yang digagas Dinas Pariwisata Kota Sabang ini tidak sekadar menyuguhkan rasa, namun menjadi wadah pelestarian warisan budaya, simbol kebersamaan masyarakat, dan sekaligus magnet wisata yang makin menggairahkan denyut ekonomi lokal.
Wali Kota Sabang, Zulkifli H Adam, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Festival Kuah Beulangong bukan hanya tentang memasak, tetapi juga tentang menjaga identitas.
“Festival ini bukan hanya sajian kuliner, melainkan wujud pelestarian budaya warisan indatu Aceh yang sarat nilai kebersamaan dan rasa syukur,” tegasnya.
Kegiatan ini makin semarak dengan kehadiran unsur Forkopimda, para pimpinan OPD, UMKM lokal, komunitas pemuda, Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2025, serta tokoh tamu internasional, yakni Presiden Muslim Care, Zulkifli bin Wahijan. Nuansa kebhinekaan dan kehangatan antarbangsa pun begitu terasa di tengah aroma gulai yang menggoda selera.
Selain atraksi memasak, festival ini juga menyuguhkan lomba kreasi Kuah Beulangong, sesi makan bersama, serta penyerahan bantuan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Semangat gotong royong dan berbagi menjadi inti dari setiap sendok kuah yang dinikmati bersama.
Tak berhenti pada Kuah Beulangong, Pemko Sabang juga mendorong inovasi kuliner berbahan dasar ikan laut segar, menyesuaikan dengan potensi perikanan Sabang yang melimpah. Harapannya, wisata kuliner dapat menjadi sektor unggulan pariwisata Sabang di samping pesona alamnya yang menawan.
Festival Kuah Beulangong 2025 tak hanya mengenyangkan perut, tapi juga menghangatkan hati. Tradisi ini membuktikan bahwa kuliner adalah jembatan budaya, dan rempah-rempah adalah bahasa universal yang menyatukan rasa dan rasa.
(Laporan: A Iqbal )