INformasinasional.com, BATAM – Kepulan asap pekat dan suara sirene memecah kesunyian sore di Tanjunguncang, Batam, Selasa (24/6/2025) pukul 14.15 WIB. Sebuah kapal tanker pengangkut Crude Palm Oil (CPO), MV Federal II, yang tengah diperbaiki di galangan kapal PT ASL Shipyard, meledak dan terbakar hebat di dalam tangki. Insiden tragis ini menewaskan empat dari sembilan pekerja yang sedang bertugas.
Di tengah kepanikan dan kobaran api yang melahap bagian dalam kapal, Alatas Silaban, salah satu korban selamat, berlari menyusuri lorong sempit kapal dengan tubuh berlumur luka. “Saya nggak dengar ledakan, tapi tiba-tiba api sudah besar. Gelap, asapnya tebal. Saya langsung lari,” ucap Alatas, Rabu (25/6/2025), masih terguncang.
Ia bersama delapan rekannya tengah memotong plat besi di berbagai sisi kapal. Posisi mereka terpencar. Alatas berada di bagian bawah kapal bersama Gunawan dan Gulo, sedangkan rekannya, Upik dan Januarius, berada di lantai berbeda.
“Kami sudah bagi tugas, ada yang motong, saya yang angkat. Baru sebentar kerja, tiba-tiba semua gelap dan panas,” katanya.
Dengan tubuh yang mulai terbakar dan kaki tertatih, Alatas meraba dinding kapal untuk mencari jalan keluar. Ia menabrak tangga, menyikut baja panas, hingga telinganya berdarah. Sepatunya terlepas, namun tekad untuk bertahan hidup membawanya keluar dari neraka besi itu.
“Saya tahu saya harus keluar dulu. Teman-teman saya masih di dalam, tapi saya sudah nggak sanggup,” ucapnya lirih.
Beberapa jam kemudian, kabar duka datang: Gunawan Sinulingga, Berkat Setiawan Gulo, Hermansyah Putra, dan Januarius ditemukan tak bernyawa di dalam tangki kapal. Tubuh mereka gosong, terkunci dalam ruang sempit penuh asap beracun.
Kapolsek Batuaji, AKP Raden Bimo Dwi Lambang, mengonfirmasi bahwa kesembilan korban merupakan pekerja subkontraktor yang sedang menjalankan perbaikan rutin dalam tangki kapal saat kebakaran terjadi.
“Kondisi di dalam tangki sangat sulit dijangkau, evakuasi tidak mudah. Api menjalar cepat dan asap langsung memenuhi ruang tertutup,” ujar Bimo saat ditemui di RS Mutiara Aini, Selasa malam.
Empat korban luka termasuk Alatas—saat ini dirawat di RS Graha Hermine dan RS Mutiara Aini dengan kondisi bervariasi. Sebagian mengalami luka bakar serius.
Hingga kini, penyebab kebakaran masih menjadi teka-teki. Polisi belum bisa memastikan apakah insiden itu akibat percikan api dari alat pemotong, reaksi bahan kimia dalam tangki, atau kelalaian prosedur keselamatan kerja.
“Kami masih dalam tahap penyelidikan. Dugaan penyebab masih kami gali,” kata Bimo. Ia memastikan bahwa proses pemadaman dan investigasi di lokasi terus berlangsung sejak kejadian dilaporkan.
Peristiwa memilukan ini kembali menyorot minimnya standar keselamatan kerja di industri perkapalan. Pekerjaan dalam ruang tertutup seperti tangki kapal membutuhkan sistem ventilasi, deteksi gas, dan prosedur evakuasi yang ketat. Namun dalam kasus ini, semua seolah luput.
Hingga berita ini diturunkan, pihak manajemen PT ASL Shipyard Indonesia belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden tersebut. Sementara jenazah keempat korban telah dipindahkan ke RS Bhayangkara Polda Kepri untuk keperluan autopsi dan identifikasi lebih lanjut.
Empat nyawa melayang, sembilan keluarga porak-poranda. Tragedi ini menjadi peringatan keras bahwa keselamatan kerja bukan sekadar formalitas melainkan harga mati yang tak boleh dikompromikan.(MisnoAdi)