Informasinasional.com
  • HOME
  • ADVETORIAL
  • TRENDING
  • BERITA VIDIO
  • NASIONAL
  • DAERAH
  • DESA KITA
  • PERISTIWA
  • UMUM
  • HUKUM
  • INTERNASIONAL
  • OLAHRAGA
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • OTOMOTIF
  • INSFRASTRUKTUR
  • KRIMINAL
  • KULINER
  • PILKADA
  • RAGAM
  • AGRIBISNIS
  • OPINI
  • Wartawan Kita
No Result
View All Result
  • HOME
  • ADVETORIAL
  • TRENDING
  • BERITA VIDIO
  • NASIONAL
  • DAERAH
  • DESA KITA
  • PERISTIWA
  • UMUM
  • HUKUM
  • INTERNASIONAL
  • OLAHRAGA
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • OTOMOTIF
  • INSFRASTRUKTUR
  • KRIMINAL
  • KULINER
  • PILKADA
  • RAGAM
  • AGRIBISNIS
  • OPINI
  • Wartawan Kita
No Result
View All Result
Informasinasional.com
No Result
View All Result
  • HOME
  • ADVETORIAL
  • TRENDING
  • BERITA VIDIO
  • NASIONAL
  • DAERAH
  • DESA KITA
  • PERISTIWA
  • UMUM
  • HUKUM
  • INTERNASIONAL
  • OLAHRAGA
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • OTOMOTIF
  • INSFRASTRUKTUR
  • KRIMINAL
  • KULINER
  • PILKADA
  • RAGAM
  • AGRIBISNIS
  • OPINI
  • Wartawan Kita

Tragedi di RSU M Natsir Kota Solok, Balita Usia 1,2 Tahun Meninggal Usai Diberi Antibiotik

Editor: Misno

12/07/2025 06:02
in PERISTIWA, TRENDING
0
Tragedi di RSU M Natsir Kota Solok, Balita Usia 1,2 Tahun Meninggal Usai Diberi Antibiotik

RSU M Natsir Kota Solok

0
SHARES
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

INformasional.com, KOTA SOLOK – Duka mendalam menyelimuti rumah pasangan muda Nurbaiti dan Satria Fernando di Simpang Rumbio, Kota Solok. Senyuman mungil sang buah hati, ZAN, balita mereka yang baru berusia 1 tahun 2 bulan, kini hanya tinggal kenangan. Kepergiannya meninggalkan luka yang tak kunjung sembuh, terlebih dengan serangkaian peristiwa di Rumah Sakit Umum (RSU) M Natsir Solok yang menurut orang tuanya menyisakan tanda tanya besar tentang prosedur penanganan medis.

“Seperti disambar petir disiang bolong. Anak saya pergi begitu saja, padahal sebelumnya masih ceria,” kata Nurbaiti dengan suara bergetar.

Semua bermula pada Rabu malam (9/7/2025). ZAN mengalami demam tinggi hingga kejang (step). Nurbaiti mengatakan, saat itu suhu tubuh anaknya meningkat pesat pada pukul 21.00 WIB. Ia memberi paracetamol sebagai penurun panas, tetapi panas tubuh ZAN tidak kunjung turun.

Hingga pukul 02.00 dini hari, kondisi ZAN memburuk. Balita itu mengalami kejang-kejang. Dalam kondisi panik, pasangan muda ini memutuskan untuk segera membawa anak mereka ke RSU M Natsir Solok yang hanya berjarak beberapa kilometer dari rumah.

“Sesampainya di UGD, anak kami langsung dipasang infus, diberi oksigen, dan obat melalui infus. Saya merasa sedikit lega karena ditangani cepat,” ungkapnya.

Namun, kelegaan itu hanya sesaat. Keesokan paginya, sekitar pukul 09.00 WIB, ZAN kembali mengalami step. Ia kejang hebat hingga lidahnya keluar. Nurbaiti, yang panik, berteriak meminta bantuan kepada petugas medis.

“Datanglah beberapa orang tenaga medis. Mereka hanya melihat dan memfoto anak saya. Saya tanyakan kenapa anak saya begitu, mereka hanya menjawab: ‘Biasa itu, Bu. Karena panas tinggi.’ Tidak ada tindakan medis apa pun,” kata Nurbaiti dengan mata sembab.

Sekitar pukul 11.00 WIB, ZAN mendapat suntikan melalui infus. Setelah itu, ia dipindahkan ke Sal Anak. Nurbaiti mengaku diminta menandatangani surat yang disebut untuk persetujuan tindakan medis. Petugas mengatakan anaknya akan ditangani oleh dr Cindi, namun sang dokter baru dijadwalkan tiba pukul 14.00 WIB.

“Saya menangis bertanya keperawat, bagaimana nasib anak saya sampai dokter datang jam 2 nanti? Anak saya terus kejang-kejang. Mereka hanya bilang, ‘Tunggu Bu, dokter akan segera datang,’” ujarnya.

Setibanya dr Cindi sore hari, ZAN mendapat suntikan tambahan melalui infus dan kapsul yang dimasukkan melalui anus. Namun beberapa menit kemudian, muncul bintik-bintik merah di sekujur tubuh ZAN. Nurbaiti yang khawatir segera melapor keperawat, tetapi lagi-lagi hanya mendapat jawaban “Biasa itu, Bu.”

Tak lama kemudian, ZAN mendapat suntikan antibiotik melalui infus. Sejak itulah, kondisi kulit ZAN memburuk drastis. Bintik-bintik merah semakin banyak, membesar, dan menyebar ke seluruh tubuh.

“Saya lapor lagi keperawat. Mereka malah memfoto tubuh anak saya yang penuh bintik merah itu. Tidak ada tindakan penyelamatan. Anak saya hanya difoto-foto, sampai akhirnya dia pergi untuk selamanya,” isak Nurbaiti.

Tim INformasinasional.com mencoba mengonfirmasi kejadian ini kepada Direktur RSU M Natsir dr Elfi Fitraneti Sp PD FINASIM. Panggilan telepon dan pesan WhatsApp yang dikirimkan pada Kamis (10/7/2025) tidak mendapat respons. Keesokan harinya dr Elfi akhirnya mengirim pesan singkat berisi permintaan maaf karena tidak bisa ditemui sebab sedang ujian di Padang. Ia menyarankan agar konfirmasi dilakukan kepada Pj Wakil Direktur RSU.

Tim media pun mendatangi RSU M Natsir dan bertemu dengan Kabag TU Buk Upik dan Kabag Umum dr Dewi.

“Kami sudah melakukan mediasi dengan keluarga korban. Penanganan pasien dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP),” ujar dr Dewi.

Meski begitu, ia mengakui adanya kelalaian dalam penggunaan tanda pengenal petugas.

“Keluarga pasien memang tidak bisa membedakan mana dokter, mana perawat, karena ada petugas yang tidak menggunakan tanda pengenal dengan benar. Ini akan kami perbaiki kedepan,” katanya.

Pihak RSU M Natsir juga menyatakan bahwa dokter selalu ada saat penanganan dan seluruh prosedur telah dijelaskan kepada keluarga korban sejak awal hingga akhir perawatan. Mereka menyebut mediasi berjalan baik dan keluarga telah menerima penjelasan tersebut.

Namun, pengakuan ini bertolak belakang dengan kesedihan mendalam yang disampaikan oleh keluarga korban.

“Kami hanya ingin anak kami ditangani cepat. Kalau saja ada tindakan medis yang lebih cepat dan tepat, mungkin anak kami masih ada bersama kami hari ini,” kata Satria Fernando, ayah korban.

Ahli Menyoroti Penanganan Medis, Ada yang Janggal?

Menurut kalangan praktisi kesehatan, dalam kasus anak dengan demam tinggi disertai kejang, penanganan harus dilakukan dengan cepat dan agresif untuk mencegah kerusakan otak atau komplikasi lain.

Jika ada reaksi alergi terhadap antibiotik, biasanya gejalanya berupa bintik merah, ruam, hingga syok anafilaksis. Harus segera diberikan penanganan darurat, bukan hanya difoto-foto. Bahwa pemberian obat baru harus dilakukan dengan pemantauan ketat, terutama pada balita.

Keluarga korban kini berharap kejadian tragis ini menjadi evaluasi bagi RSU M Natsir dan fasilitas kesehatan lainnya. Mereka mengaku tidak akan membawa kasus ini keranah hukum, tetapi meminta agar kejadian serupa tidak terulang.

Baca juga  Togap Simangunsong Dilantik Jadi Sekdaprov Sumut, Ujian Berat Menanti di Birokrasi yang “Keropos”?

“Kami ikhlas, tapi jangan ada lagi anak-anak yang jadi korban seperti anak saya. Kami tidak ingin keluarga lain merasakan kehilangan seperti kami,” kata Nurbaiti.

Kematian ZAN meninggalkan sejumlah pertanyaan. Apakah prosedur medis sudah benar-benar dijalankan sesuai standar? Mengapa reaksi alergi atau efek samping obat tidak direspons cepat? Benarkah ada dokter yang standby selama perawatan?

Hingga berita ini diturunkan, pihak RSU M Natsir belum memberikan pernyataan resmi secara tertulis. Kasus ini memantik perhatian warga Kota Solok dan menjadi perbincangan hangat dimedia sosial, dengan banyak warganet mendesak pihak rumah sakit untuk transparan.

(Laporan: Yudistira dari Kota Solok)

Post Views: 253
Tags: AntibiotikBalita Usia 1.2 TahunmeninggalTragedi di RSU M Natsir Kota Solok
Previous Post

Dorong Pemerataan Layanan Kesehatan, Bupati Humbahas Serahkan Proposal Pengembangan Sarpras ke Menkes

Next Post

Efek Ngeri Kebijakan Trump Bisa Bikin Jutaan Orang Kena HIV/AIDS

Next Post
Efek Ngeri Kebijakan Trump Bisa Bikin Jutaan Orang Kena HIV/AIDS

Efek Ngeri Kebijakan Trump Bisa Bikin Jutaan Orang Kena HIV/AIDS

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA TERBARU

Efek Ngeri Kebijakan Trump Bisa Bikin Jutaan Orang Kena HIV/AIDS

Efek Ngeri Kebijakan Trump Bisa Bikin Jutaan Orang Kena HIV/AIDS

12/07/2025 07:22
Tragedi di RSU M Natsir Kota Solok, Balita Usia 1,2 Tahun Meninggal Usai Diberi Antibiotik

Tragedi di RSU M Natsir Kota Solok, Balita Usia 1,2 Tahun Meninggal Usai Diberi Antibiotik

12/07/2025 06:02
Dorong Pemerataan Layanan Kesehatan, Bupati Humbahas Serahkan Proposal Pengembangan Sarpras ke Menkes

Dorong Pemerataan Layanan Kesehatan, Bupati Humbahas Serahkan Proposal Pengembangan Sarpras ke Menkes

11/07/2025 21:13
Gebrakan Kapolri di Sumut, 29 Dapur MBG Dibangun, Target Nasional 200 SPPG

Gebrakan Kapolri di Sumut, 29 Dapur MBG Dibangun, Target Nasional 200 SPPG

11/07/2025 19:33

Follow Us

Informasinasional.com

Informasi Yang Menambah Wawasan

KURS BANK INDONESIA (BI)

KATEGORI

  • ADVETORIAL (16)
  • AGRIBISNIS (40)
  • BERITA VIDIO (36)
  • DAERAH (2,230)
  • Desa Kita (5)
  • EKONOMI (536)
  • HUKUM (936)
  • INSFRASTRUKTUR (274)
  • INTERNASIONAL (479)
  • KRIMINAL (394)
  • KULINER (38)
  • NASIONAL (668)
  • OLAHRAGA (596)
  • OPINI (32)
  • OTOMOTIF (40)
  • PERISTIWA (1,135)
  • PILKADA (63)
  • POLITIK (481)
  • RAGAM (162)
  • TRENDING (1,824)
  • UMUM (577)
  • VIDIO (13)
  • REDAKSI
  • ABOUT-US
  • PEDOMAN MEDIA SIBER

© 2023 Informasinasional.com

No Result
View All Result
  • HOME
  • ADVETORIAL
  • TRENDING
  • BERITA VIDIO
  • NASIONAL
  • DAERAH
  • DESA KITA
  • PERISTIWA
  • UMUM
  • HUKUM
  • INTERNASIONAL
  • OLAHRAGA
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • OTOMOTIF
  • INSFRASTRUKTUR
  • KRIMINAL
  • KULINER
  • PILKADA
  • RAGAM
  • AGRIBISNIS
  • OPINI
  • Wartawan Kita

© 2023 Informasinasional.com