INFORMASINASIONAL.COM, LANGKAT – Di Dusun Pasar Lebar, Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, air bukan lagi sumber kehidupan, melainkan malapetaka. Tiap musim hujan, banjir seolah menjadi tamu tetap yang tak pernah diundang. Kesal tak kunjung tersentuh solusi nyata, warga akhirnya “menyerbu” panggung reses Wakil Ketua DPRD Langkat, Romelta Ginting, Senin, 29 September 2025.
Yang mereka tuntut sederhana sekaligus mendesak, normalisasi sungai mati sepanjang tiga kilometer yang kini jadi biang kerok banjir, serta pembangunan tanggul untuk menahan luapan air. “Korek saja sungai mati itu, bangun tanggul, biar kami tidak jadi korban banjir terus,” ucap seorang warga, dengan nada getir bercampur harap.
Aspirasi warga tak berhenti diurusan banjir. Mereka juga menggulirkan sederet kebutuhan lain yang selama ini terabaikan: perbaikan musholla, pembangunan sekolah agama TPQ dan MDTA, bantuan fasilitas untuk TK Rembulan Emas, hingga keluhan soal layanan BPJS yang dulunya gratis kini berubah jadi berbayar. Satu per satu, suara rakyat tumpah ruah, menjelma daftar panjang pekerjaan rumah pemerintah daerah yang terbengkalai.
Romelta Ginting, politisi yang tengah “turun gunung” menyerap aspirasi, hanya bisa menampung sekaligus menenangkan. Ia berjanji akan membawa semua tuntutan itu ke meja birokrasi. “Soal normalisasi sungai dan pembuatan tanggul, akan kita komunikasikan dengan instansi terkait,” ujar Romelta. Namun, sambil mengingatkan, solusi darurat tetap harus lahir dari warga sendiri: gotong royong.
Janji-janji itu terdengar manis, tapi warga tahu, sejak lama mereka sudah kenyang janji serupa. Aspirasi mereka kerap berakhir dimeja rapat, tanpa wujud nyata dilapangan. Kali ini, mereka menuntut bukti, bukan sekadar kata.
Securai Utara seakan mengirim pesan lantang lewat forum reses itu: rakyat sudah lelah jadi korban banjir, sudah bosan menunggu janji. Sungai mati menanti dikorek, tanggul menunggu dibangun, dan warga menagih bukti nyata dari wakilnya diparlemen.(Misno)
Discussion about this post