INformasinasional.com, Langkat — Ruas Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Gebang, Langkat, berubah menjadi kolam sejak Selasa (25/11/2025) malam. Genangan setinggi lutut orang dewasa membuat arus lalu lintas tersendat, kendaraan merayap seperti siput, dan warga terjebak tanpa kepastian kapan air akan surut.
Tiga titik Jalinsum lumpuh diterjang banjir: depan Rumah Makan Putri Lingkungan I Tegal Rejo, kawasan Dapur MBG Lingkungan IV Kelurahan Pekan Gebang, serta ruas didepan RSU Mahkota Bidadari Desa Paluh Manis. Genangan juga menyusup kerumah-rumah warga, membuat sebagian penduduk terpaksa berjaga sepanjang malam.
Hujan deras yang mengguyur selama tiga hari tiga malam memang memicu limpahan air. Namun, warga menyebut bukan itu akar persoalannya.
“Parit PU lebar 2,5 meter di samping Polsek Gebang ditutup pengusaha kaya untuk jalan keluar masuk kendaraan miliknya, jadilah air tak punya jalur pembuangan,” ujar Usuf alias Bob, warga Lingkungan IV Pekan Gebang, Rabu (26/11/2025). Ia berbicara ditemani puluhan warga lain yang ikut geram.
Tak hanya itu, saluran pembuangan disimpang kolam menuju kantor kelurahan juga disebut tak berfungsi karena gorong-gorong di Jalinsum amblas. Air pun meluber tanpa kendali.
“Sudah berkali-kali kami datangi Lurah Pekan Gebang, Selamat Sahri. Tapi kami ditahan dan dilarang melaporkan M. Hatta, orang yang menutup parit itu,” kata warga.
Tudingan warga menambah daftar panjang dugaan pembiaran dan lemahnya pengawasan terhadap aset saluran publik.
Camat Gebang, Sofyan Tarigan, mengaku sudah turun langsung meninjau lokasi banjir sejak pagi.
“Tadi saya sudah keliling melihat kondisi dan sudah saya laporkan ke Pak Bupati,” ujarnya singkat melalui telepon.
Meski begitu, warga menilai pemerintah baru bergerak setelah banjir melumpuhkan jalan provinsi dan merendam pemukiman. Mereka menuntut investigasi terbuka: siapa yang memberi izin penutupan parit PU, mengapa dibiarkan, dan kapan saluran itu akan dibuka kembali.
Jalinsum Terancam Langganan Banjir
Tanpa pembenahan saluran pembuangan, Jalinsum Gebang bisa menjadi titik rawan yang setiap musim hujan berubah menjadi “danau dadakan”. Selain mengganggu mobilitas ribuan pengguna jalan, kondisi ini mengancam keselamatan warga dan memperbesar potensi kerusakan infrastruktur.
Warga menegaskan, banjir kali ini bukan sekadar bencana alam, tetapi bencana kelalaian.(Misn’t)






Discussion about this post