INformasinasional.com, MEDAN– Suasana mencekam mewarnai kampus Universitas Darma Agung (UDA) Medan pada Jumat sore (18/7/2025). Ratusan mahasiswa turun ke jalan dan memblokade akses ke Gedung Biro Rektor di Jalan Dr. TD Pardede Medan. Aksi ini dipicu kekecewaan mendalam mahasiswa terhadap pihak Yayasan Perguruan Darma Agung (YPDA) yang hingga kini tak kunjung mengembalikan uang kuliah mereka.
Tak hanya berorasi, mahasiswa yang sejak awal terlihat geram juga nekat mendobrak pagar Biro Rektor yang dikunci gembok. Mereka membakar ban bekas, membentangkan spanduk bernada keras, hingga melakukan aksi teatrikal dengan pakaian putih menyerupai pocong sebagai simbol matinya keadilan di kampus yang mereka cintai.
Dualisme Pimpinan Memicu Kekacauan
Akar persoalan ini bermula dari konflik berkepanjangan di tubuh Yayasan Perguruan Darma Agung, yang berujung pada dualisme kepemimpinan di Universitas Darma Agung. Saat ini, kampus milik keluarga besar Dr. TD Pardede itu memiliki dua rektor yang saling mengklaim sah: Dr. Lilis S. Gultom dan Prof. Suwardi Lubis.
Situasi ini membuat mahasiswa kebingungan dan terombang-ambing, terutama terkait administrasi kampus yang kacau balau. Lebih parah lagi, uang kuliah yang sudah dibayarkan oleh mahasiswa hingga saat ini tidak jelas statusnya.
“Kami butuh kepastian, bukan janji-janji manis. Sudah berbulan-bulan kami menunggu penyelesaian, tapi yang ada hanya drama perebutan jabatan,” teriak salah seorang mahasiswa dari atas pagar Biro Rektor.
Dalam aksinya, mahasiswa membawa sejumlah spanduk dengan tulisan tegas seperti “Mahasiswa Butuh Kepastian, Bukan Janji”, “Birokrasi Sampah Gila Jabatan”, dan “Kembalikan Uang Kuliah Kami”. Mereka menuntut pihak Yayasan yang dipimpin Hana Nelsri Kaban untuk:
- Memperlihatkan legalitas kepengurusan kepada seluruh mahasiswa agar tidak terjadi kebingungan.
- Membuka kembali seluruh ruangan yang digembok di Gedung Biro Rektor, termasuk ruang Wakil Rektor I-III, Biro Akademik Kemahasiswaan (BAK), Biro Administrasi Umum (BAU), hingga ruang PDPT yang selama ini menjadi pusat administrasi mahasiswa.
Mahasiswa juga menyayangkan janji Pj Rektor UDA Prof. Suwardi Lubis pada Selasa (15/7/2025) lalu yang hingga kini tidak terealisasi, yakni membuka akses ruangan-ruangan tersebut.
Amarah mahasiswa memuncak ketika mereka menyadari baik Pj Rektor maupun Ketua Yayasan tidak kunjung hadir menemui mereka. “Jangan salahkan kami jika akhirnya mahasiswa turun tangan sendiri. Kami tidak akan diam ketika hak kami diinjak-injak,” ujar seorang mahasiswa lainnya dengan suara bergetar.
Massa kemudian merusak gembok pagar Biro Rektor dan berhasil masuk ke halaman gedung. Situasi sempat memanas dan nyaris tak terkendali. Beruntung, puluhan personel kepolisian dari Polresta Medan yang telah berjaga sejak awal berhasil meredam potensi bentrokan. Mereka menenangkan mahasiswa agar tidak melakukan tindakan anarkis.
“Kami hanya ingin tuntutan kami didengar dan dipenuhi. Kalau tidak, kami akan duduki gedung ini sampai ada keputusan yang jelas,” kata seorang mahasiswa dengan lantang sambil mengibarkan spanduk di depan pintu masuk.
Kisruh di Universitas Darma Agung telah berlangsung cukup lama. Dualisme kepemimpinan antara kubu Hana Nelsri Kaban dan pihak lain yang mengklaim sebagai pengurus sah, menyebabkan berbagai pelayanan akademik terganggu.
Mahasiswa menjadi korban dari konflik internal ini. Proses administrasi macet, pelayanan akademik tersendat, dan uang kuliah yang sudah dibayarkan justru terjebak dalam pusaran konflik yayasan.
“Kami bayar uang kuliah untuk belajar, bukan untuk membiayai pertarungan elit kampus. Kami hanya ingin hak kami sebagai mahasiswa dipenuhi,” kata salah satu mahasiswa yang mengenakan ikat kepala bertuliskan “Keadilan”.
Hingga berita ini diturunkan, ratusan mahasiswa masih bertahan di dalam dan di sekitar Gedung Biro Rektor. Mereka bersumpah tidak akan mundur sebelum ada pihak yayasan atau rektorat yang menemui mereka secara langsung untuk memberikan solusi konkrit.
Pihak kepolisian terus berjaga untuk mengantisipasi adanya gesekan antara mahasiswa dan pihak keamanan kampus. Situasi di kampus UDA kini menjadi sorotan publik, terlebih karena kisruh berkepanjangan ini berdampak pada ribuan mahasiswa yang masa depan pendidikannya terancam.*