INformasinasional.com, Langkat – Teriakan syukur bercampur isak tangis menyeruak dihalaman Kantor Bupati Langkat, Selasa, 7 Oktober 2025. Ratusan tenaga kesehatan (Nakes) R4 paruh waktu tak kuasa menahan air mata ketika menyampaikan langsung ucapan terima kasih kepada Bupati Langkat, H Syah Afandin SH.
Momen dramatis itu bukan sekadar seremoni. Bagi lebih dari 700 nakes yang bertahun-tahun hidup dalam ketidakpastian status, perjuangan mereka menemukan titik terang: akhirnya diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). “Kami bangga sekaligus terharu. Setelah sekian lama mengabdi tanpa kepastian, hari ini kami merasakan buah perjuangan itu,” kata Muliyana Sitepu, Ketua Forum Nakes R4, dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.
Tangis Muliyana disambut tepuk tangan ratusan nakes lain. Susilawati dari Puskesmas Beras Basah dan Yusuf dari Puskesmas Secanggang ikut bersuara lantang: “Perhatian Bupati Afandin adalah titik balik bagi hidup kami.”
Menanggapi gelombang ucapan terima kasih itu, Bupati Afandin berdiri tegak, matanya menatap para nakes yang bersujud syukur. “Saya tahu penderitaan kalian. Ada yang sudah puluhan tahun mengabdi dipelosok tanpa kepastian. Pemerintah wajib hadir memberi penghargaan nyata,” katanya dengan nada tegas.
Afandin menyebut pengangkatan PPPK bukan sekadar formalitas birokrasi, melainkan bentuk pengakuan atas dedikasi mereka digaris depan pelayanan kesehatan. “Status boleh berubah, tapi semangat pengabdian jangan padam. Teruslah bekerja dengan hati. Masyarakat butuh kalian,” pesan Afandin yang disambut sorakan “Hidup Bupati Afandin!” dari para tenaga kesehatan.
Lukisan Pengabdian
Acara ditutup dengan penyerahan simbolis sebuah lukisan dari Forum Nakes kepada Bupati. Sebuah karya sederhana, namun sarat makna, tanda terima kasih sekaligus pengingat perjalanan panjang pengabdian mereka yang tak pernah sia-sia.
Dibawah kepemimpinan Syah Afandin, Pemkab Langkat disebut-sebut berhasil memberi kepastian hukum dan kesejahteraan bagi para tenaga pengabdi yang selama ini kerap diperlakukan seperti “pekerja tak terlihat”. Kehangatan acara itu menjadi potret langka: bagaimana air mata perjuangan para nakes akhirnya berbuah manis dibawah payung kebijakan daerah.(Misno)
Discussion about this post