INformasinasional.com, Kepulauan Nias — Ditengah rimba hijau Pulau Nias, berdiri megah sebuah bangunan menjulang bak istana. Dindingnya berlumut, jendelanya menganga tanpa cahaya, dan catnya mulai pudar dimakan waktu. Inilah Balai Pelatihan Desa Hilibadalu, proyek ambisius yang kini menjelma jadi simbol pemborosan anggaran dan janji pembangunan yang tak kunjung ditepati.
Bangunan yang konon menelan dana hingga miliaran rupiah dari kas Desa Hilibadalu itu awalnya dijanjikan menjadi pusat kegiatan masyarakat, ruang pelatihan keterampilan, dan markas pemberdayaan ekonomi warga. Namun, sejak rampung sekitar enam tahun silam, bangunan tersebut justru membisu. Pintu jarang terbuka, atap mulai bocor, dan tiang-tiang jendela perlahan lapuk oleh hujan dan waktu.
“Dulu katanya mau dipakai buat pelatihan masyarakat. Tapi sampai sekarang kosong terus. Sudah kayak istana, tapi enggak ada gunanya,” keluh Ama Alias (Santonius), warga setempat, Jumat (8/11/2025).
Kekecewaan warga pun menjalar. Bangunan yang dulu dijanjikan menjadi kebanggaan desa kini justru menjadi pemandangan getir setiap kali mereka melintas. Alih-alih menjadi pusat aktivitas, balai itu kini lebih mirip monumen bisu dari ambisi pembangunan yang salah arah.
Sorotan tajam datang dari aktivis antikorupsi Kepulauan Nias, Agustinus Zebua, yang juga menjabat di Komisi Nasional LP-KPK Direktorat Tindak Pidana Korupsi. Ia menyebut proyek tersebut sebagai contoh telanjang dari lemahnya perencanaan dan pengawasan penggunaan dana desa.
“Ini jelas pemborosan anggaran. Proyek selesai, tapi tak difungsikan. Uang rakyat miliaran rupiah habis tanpa manfaat,” tegas Zebua, Sabtu (8/11/2025).
Agustinus mendesak Inspektorat dan aparat penegak hukum untuk turun tangan mengusut tuntas dugaan penyalahgunaan dana. Ia juga meminta pemerintah daerah tidak bersembunyi dibalik diam, melainkan memberikan penjelasan terbuka kepada publik.
“Jangan dibiarkan jadi bangunan hantu. Ini harus jadi pelajaran, pembangunan harus menjawab kebutuhan rakyat, bukan sekadar proyek untuk foto peresmian,” ujarnya tajam.
Sementara itu, Kepala Desa Hilibadalu, Kristian Lombu, yang dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp, belum memberikan tanggapan.
Warga semakin gusar. Mereka menuntut agar pemerintah segera bertindak sebelum bangunan megah itu benar-benar ambruk dimakan usia.
“Kalau dibiarkan terus, nanti hancur semua. Uang rakyat habis percuma,” ujar seorang warga lain dengan nada geram.
Kasus ini kini menjadi buah bibir dijagat maya. Warganet ramai menyorot foto-foto bangunan yang viral di media sosial, menyebutnya sebagai simbol “megah di anggaran, sepi dipemanfaatan.”
Bangunan Balai Pelatihan Desa Hilibadalu kini berdiri ditengah desa layaknya istana tanpa raja, saksi bisu dari pembangunan yang kehilangan makna dan rakyat yang ditinggalkan oleh janji kemakmuran.?
Reporter: Materi Tafonao





Discussion about this post