INformasinasional.com, Langkat — Belum sempat kursi kepemimpinan itu hangat, Ilhamsyah Bangun sudah memilih jalan terjal, turun langsung kesekolah-sekolah yang merintih dalam diam. Jumat pagi, 21 November 2025, jejaknya sampai ke SDN 054880 Garunggang, Kecamatan Kuala, sekolah dasar yang berdiri sambil menahan sakit.
Disanalah kenyataan pendidikan yang sering didengungkan dalam pidato mutu, prestasi, generasi emas, berjumpa dengan realita, plafon menganga, lantai kelas kerap berubah kolam, dan toilet sekolah yang sejak lama hanya menjadi pajangan rusak disudut halaman.
Sebagian anak harus menahan hajat hingga pulang kerumah. Belajar sambil menggeser meja dari tetesan air hujan bukan lagi cerita aneh disekolah ini.
“Kami hanya bisa berharap, Pak. Bocor disana-sini, kalau hujan deras anak-anak mondar-mandir menyingkirkan air,” kata Kepala Sekolah Sumarni SPd, suaranya menggambarkan beban yang ia pikul selama bertahun-tahun.
Kunjungan Tanpa Polesan
Tidak ada karpet merah, tidak ada protokoler panjang. Ilhamsyah menjelajah setiap sudut bangunan yang renta itu ditemani beberapa guru. Ia menatap langsung bekas-bekas kebocoran dilangit-langit kelas. Komentar sinis tak keluar, namun wajahnya berbicara banyak, inilah PR yang menunggu didepan mata.
“Mulai 2026, rehabilitasi gedung sekolah ini akan kita dahulukan. Tiga ruang kelas dulu agar kegiatan belajar tetap berjalan, sisanya bertahap tahun berikutnya,” katanya memastikan.
Sementara rehabilitasi toilet sudah masuk anggaran 2025, akhirnya, setelah bertahun-tahun hanya menjadi catatan rapat dan proposal yang menua.
Sekolah yang Bangga dalam Luka
Para guru tak mampu menyembunyikan rasa lega. Setidaknya, derita sekolah mereka mulai dilihat. Harapan yang dulu rapuh kini kembali berdenyut. Mereka bahkan meminta foto bersama, seolah ingin menyimpan bukti bahwa proses perubahan itu benar-benar dimulai hari ini.
“Terima kasih kepada Bapak Kadis yang langsung datang melihat kondisi kami, meski beliau baru menjabat,” kata Sumarni.
Di Garunggang, sekolah kecil yang lama terabaikan itu kini tengah menunggu mukjizat bernama anggaran tepat sasaran. Sebab setiap tetes bocoran diatap kelas itu bukan hanya air hujan, melainkan mimpi anak-anak yang terus menetes tanpa kepastian.
Semoga tahun depan, bocoran itu bukan lagi cerita.(Misno)






Discussion about this post