INformasinasional.com, Humbahas – Dua desa di Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, seperti hilang dari peta. Sibongkare dan Sibongkare Sianju terperangkap dalam sunyi, terputus total oleh longsoran tanah dan gelondongan kayu yang menutup seluruh ruas jalan. Sudah tiga hari warga terisolir, nyaris tanpa suplai bantuan, tanpa listrik, tanpa sinyal, dan tanpa kepastian kapan alat berat akan datang.
Laporan yang diterima INformasinasional.com, Minggu (30/11/25), menyebut kondisi didua desa itu kini kian genting. R Hutapea, salah satu warga, menggambarkan situasi dengan suara berat,
“Warga desa kami masih terisolir. Material longsor bercampur batang pohon menutupi jalan. Sudah tiga hari kami terkepung tanpa akses,” katanya.
Yang tersisa bagi warga hanyalah tenaga tangan. Gotong royong manual menjadi senjata terakhir, meski jelas tak sebanding dengan volume material yang menggunung.
“Kalau manual, itu mustahil cepat selesai. Kami butuh buldoser, butuh ekskavator. Akses jalan sudah mati total untuk kendaraan roda empat,” keluh Hutapea.
Kondisi semakin rumit karena jalur alternatif menuju Huta Ambasang ternyata juga hancur dihantam longsor.
“Ada sekitar 15 sampai 20 titik longsor. Bahkan roda dua pun sulit lewat karena pohon tumbang dimana-mana,” kata Hutapea.
Padahal jarak ke Pakkat hanya sekitar 21 kilometer, jarak dekat yang kini terasa seperti berpuluh mil.
Warga tak hanya terjebak, tapi juga tercekik aktivitas. Mobilisasi siswa SMA lumpuh, distribusi sembako mustahil dilakukan.
“Tidak ada harapan bantuan roda empat bisa masuk,” ujar Hutapea.
Sebagai pukulan tambahan, sekitar lima tiang listrik tumbang dan amblas ke jurang. Aliran listrik padam total, sinyal telekomunikasi lenyap sejak Selasa malam (25/11/2025).
Dua desa itu kini seperti pulau kecil yang tersesat dalam kegelapan.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan menggelar rapat koordinasi lintas sektoral menyikapi bencana banjir dan longsor yang merata di 6 kecamatan dan 31 desa.
Plt Kalak BPBD Humbahas, Sabar Purba, melaporkan
– 8 warga meninggal dunia
– 2 hilang
– 9 luka-luka
– 2.200 warga mengungsi
– 172 rumah rusak
– 768 hektare lahan pertanian terdampak
– 110 titik akses sudah dibuka, namun banyak yang kembali tertutup akibat longsor susulan.
Bupati Humbahas Oloan Paniaran memastikan pemerintah daerah bergerak cepat dan akan memberikan laporan situasi setiap hari.
“Kami akan meng-update situasi dan kondisi setiap hari. Evaluasi dilakukan selama 7 hari ke depan. Masa tanggap darurat akan diberlakukan Desember nanti,” ujarnya.
Direktur Fasilitasi Penanganan Korban dan Pengungsi, Nelwan Harahap, yang hadir dalam rakor, memberi apresiasi:
“Status darurat sudah ditetapkan. Terima kasih kepada Bupati dan jajaran yang cepat tanggap.”
Ditengah segala rapat dan laporan, warga Sibongkare dan Sibongkare Sianju masih menatap dinding tanah yang membentengi desa mereka. Mereka menunggu satu hal: deru mesin alat berat yang belum juga terdengar.
Untuk saat ini, mereka hanya bisa berharap suara itu segera memecah sunyi. Tiga hari terkurung adalah terlalu lama.
(Laporan: Karmawan Silaban)
Discussion about this post