INformasinasional.com, ACEH TAMIANG — Air bah yang menggulung Aceh Tamiang sejak akhir November 2025 bukan hanya merendam rumah warga dan memutus akses jalan. Banjir setinggi 2 hingga 8 meter itu juga menenggelamkan sebuah lembaga pemasyarakatan, memaksa otoritas melepas para narapidana demi menyelamatkan nyawa, meski kini, nasib mereka bak hilang ditelan riak kecokelatan Sungai Tamiang.
Keputusan dramatis itu disampaikan langsung Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), Agus Andrianto, seusai melepas bantuan kemanusiaan di Jakarta, Jumat (5/12/2025). Dengan nada berat ia mengungkapkan: kondisi lapas sudah tenggelam sampai ke atap.
“Lapas di Tamiang itu sudah tak terlihat bangunannya. Banjir sampai atap. Karena alasan kemanusiaan, warga binaan terpaksa kami keluarkan,” ujar Agus, Sabtu (6/12/2025).
Namun drama tak berhenti di situ. Setelah banjir surut sebagian, keberadaan para warga binaan itu menjadi teka-teki. Pendataan tak bisa dilakukan, lokasi masih kacau, dan komunikasi lumpuh.
“Hingga kini belum bisa dipastikan dimana saja para warga binaan berada. Situasi belum kondusif,” kata Agus.
Pernyataan itu sontak memantik kehebohan. Sebuah langkah darurat demi nyawa manusia kini berubah menjadi operasi pencarian besar-besaran. Kemenimipas, Ditjen Pemasyarakatan, hingga Imigrasi dikerahkan untuk menelusuri jejak puluhan, bahkan ratusan, narapidana yang lenyap bersama derasnya air.
Agus menegaskan, pendataan ulang baru bisa dilakukan ketika situasi benar-benar pulih. Pemerintah, katanya, tak ingin menjadi pihak yang disalahkan bila memaksakan warga binaan bertahan didalam bangunan yang nyaris berubah menjadi kuburan massal.
“Kalau banjir sampai atap dan mereka tidak dilepas, kami yang nanti disalahkan,” tegasnya.
Dibalik hilangnya para warga binaan, Kemenimipas kini bekerja mengumpulkan laporan kerusakan seluruh UPT pemasyarakatan yang terdampak banjir besar Sumatera. Inventarisasi tengah berlangsung, dari dokumen rusak, fasilitas runtuh, hingga kemungkinan ditembusnya blok-blok tahanan oleh arus deras.
“Setelah revitalisasi, baru bisa diketahui kerusakan dan dampak secara keseluruhan,” jelas Agus.
Ditengah kacaunya penanganan lapas, Kemenimipas tetap mengirimkan bantuan besar-besaran untuk warga yang terdampak banjir di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Armada TNI AL dikerahkan karena beratnya muatan yang tak memungkinkan memakai jalur udara.
Daftar bantuannya mencengangkan:
- 20 ton beras
- 1.500 pasang pakaian dalam wanita
- 3.120 pembalut wanita
- 3.152 popok bayi
- 9.200 kaleng susu
- 2.660 kaleng sarden
- 2.000 dus mi instan
- 2.000 kaleng biskuit
Kini, banjir Aceh Tamiang perlahan surut, meninggalkan lumpur tebal, kerusakan masif, dan satu pertanyaan yang menggantung dilangit mendung provinsi itu: Di mana para warga binaan yang dilepas demi kemanusiaan itu?
Pemerintah berjanji mencari sampai tuntas. Namun warga Aceh Tamiang masih dibayangi kekhawatiran, bahwa bencana besar ini bukan hanya merenggut rumah dan harta benda—tetapi juga membuka lembaran baru yang penuh misteri.(Misn’t)






Discussion about this post