INformasinasional.com, Langkat — Ditengah dentuman hujan yang tak kunjung reda dan bau lumpur yang menggantung diudara, Pemerintah Kabupaten Langkat menggebrak cepat. Kamis (4/12/2025), halaman Rumah Dinas Bupati mendadak berubah menjadi arena komando darurat: dua puluh mobil tangki air bersih berjajar rapat, mesinnya menggeram menunggu aba-aba.
Didepan barisan besi penyelamat itu, Bupati Langkat H Syah Afandin SH berdiri tegap, memimpin pelepasan armada yang akan bergerak ketujuh kecamatan paling terpukul banjir.
Langkah itu bukan sekadar seremonial, ini adalah pernyataan perang terhadap krisis kebutuhan dasar yang mulai menghimpit ribuan warga.
“Air bersih adalah kebutuhan utama masyarakat saat ini, dan pemerintah harus hadir sebelum keluhan berubah menjadi keputusasaan,” tegas Afandin, suaranya memecah riuh. “Hari ini kita kirim 20 mobil tangki untuk memastikan tidak ada satu pun warga yang kehabisan air bersih.” katanya lagi.
Pelepasan armada ini disaksikan langsung Wakil Menteri Kesehatan RI, Benjamin Paulus Oktavianus, yang tengah meninjau dampak banjir di Langkat. Wamenkes memberi anggukan penghargaan.
“Penyediaan air bersih adalah kunci mencegah ledakan penyakit pascabanjir. Langkat bergerak cepat, dan itu kami apresiasi,” kata Benjamin.
Para pejabat kabupaten, Sekda H. Amril, Kepala BPKAD M. Iskandarsyah, Kadis Kesehatan dr. Juliana, Kalak BPBD M. Ansyahri, hingga Kadis Lingkungan Hidup Erwin turut hadir menjadi saksi langkah besar ini.
Dua puluh mobil tangki itu bukan sekadar angka. Mereka telah menempuh jalur sulit menuju tujuh kecamatan yang kini hidup dalam kepungan air dan kerusakan sarana air bersih:
- Tanjung Pura
- Gebang
- Babalan
- Sei Lepan
- Berandan Barat
- Besitang
- Pangkalan Susu
Diwilayah-wilayah ini, sumber air bersih rusak, sumur terendam, dan pipa patah, membuat masyarakat terpaksa mengandalkan bantuan pemerintah untuk minum, memasak, hingga menjaga kebersihan.
BPBD Langkat ditunjuk sebagai pengawas lapangan, memastikan distribusi dilakukan setiap hari, mengalir merata dan tak ada dusun yang terlewat.
Langkat belum pulih. Limpahan sungai, curah hujan yang melonjak, hingga akses transportasi yang porak-poranda membuat situasi sulit diprediksi. Namun Afandin memastikan, pemerintahnya tidak sedang bekerja setengah hati.
“Kami akan terus pasang badan sampai Langkat kembali pulih. Warga harus merasa aman, dan air bersih adalah garis pertama pertahanan itu,” katanya.
Ketika deretan mobil tangki mulai bergerak keluar gerbang rumah dinas, klakson mereka melolong seperti sirene perlawanan, bahwa ditengah kekacauan banjir, pemerintah daerah memilih bergerak, bukan menunggu.
Langkat mungkin sedang tenggelam oleh air bah. Tapi pagi itu, harapan mengalir, liter demi liter, tangki demi tangki.(Misno)






Discussion about this post