INformasinasional.com, Jakarta – Transformasi komunikasi publik di lingkungan Pemasyarakatan kini melangkah ke arah yang lebih profesional, adaptif, dan berbasis teknologi. Sebagai bagian dari implementasi Pedoman Manajemen Komunikasi Krisis Pemasyarakatan Terintegrasi (PASOPATI), Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang resmi mengembangkan Early Warning System (EWS) — sistem pemantauan digital yang dirancang untuk mendeteksi dini potensi krisis komunikasi.
Langkah inovatif ini menempatkan Lapas Cipinang sebagai pilot project nasional dan pionir penguatan tata kelola informasi serta mitigasi risiko reputasi di dunia Pemasyarakatan. Kepala Lapas Kelas I Cipinang, Wachid Wibowo, menegaskan bahwa penguatan komunikasi krisis bukan sekadar kemampuan merespons situasi darurat, tetapi tentang kesiapan sistemik menghadapi dinamika opini publik.
“Early Warning System ini adalah bentuk komitmen kami menjaga marwah institusi. Komunikasi publik harus dikelola secara cerdas, terintegrasi, dan berbasis data. Kami tidak ingin hanya bereaksi saat krisis terjadi, tetapi mampu mencegahnya sejak dini,” tegas Wachid.
Sistem EWS dirancang untuk memantau dinamika media sosial, pemberitaan daring, dan kanal komunikasi internal secara real-time, dengan kemampuan analisis sentimen, deteksi eskalasi isu, serta pelacakan sumber potensi gangguan. Melalui pendekatan berbasis data dan kecerdasan buatan, sistem ini memungkinkan respon cepat, terukur, dan terkoordinasi sebelum isu berkembang menjadi krisis.
Pengembangan sistem dilakukan melalui kerja sama dengan PT Indonesia Indicator, penyedia platform pemantauan media dan analisis krisis berbasis Artificial Intelligence (AI).
Kartiko Bramantyo, perwakilan perusahaan tersebut, menyampaikan bahwa sistem ini telah dikustomisasi sesuai karakteristik operasional Pemasyarakatan.
“Kami bangga dapat mendukung Lapas Cipinang sebagai pilot project nasional. Sistem ini mampu mendeteksi anomali komunikasi, tren negatif, serta potensi viral secara otomatis. Dengan begitu, tim komunikasi dapat mengambil langkah cepat dan presisi,” jelasnya.
Sementara itu, Sumaryo, selaku Ketua Tim Komunikasi Publik Lapas Cipinang, menilai kehadiran sistem ini sebagai lompatan besar dalam tata kelola komunikasi krisis yang berbasis data dan bukti. “Kami tidak lagi bekerja hanya dengan intuisi, tapi dengan analisis yang terukur. Dengan EWS, kami bisa memetakan isu, menyusun narasi respons, dan menjaga kepercayaan publik secara berkelanjutan. Ini adalah momentum penting bagi modernisasi komunikasi Pemasyarakatan,” ujarnya.
Inovasi ini menjadi wujud nyata dari semangat PRIMA (Profesional, Responsif, Integritas, Modern, dan Akuntabel) serta mendukung pelaksanaan 13 Program Akselerasi Pemasyarakatan yang digagas oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto. Melalui pendekatan digital dan kolaboratif, Lapas Cipinang menegaskan diri sebagai lembaga yang proaktif, tangguh, dan siap menghadapi tantangan era informasi, menjaga kepercayaan publik, serta memperkuat citra positif Pemasyarakatan di mata masyarakat.
Reporter:
Ragil Surono.





Discussion about this post